Sunday 22 March 2015

Ketika Gema ‘Seulaweut’ Sampai ke Telinga Raja

BY Unknown IN No comments


Aceh, Bulan Ketiga, Maret 2015 Masehi

Puluhan tubuh berdesak-desakan merebut bu kulah di masjid desa itu. Tampak satu dua Ibu sudah berhasil memboyong dua nasi maulid dan datang tiga anak menghampiri Ibu-ibu itu dengan senyum lebar, tampak pula gigi seri mereka yang baru tanggal.

Sementara itu, anak-anak yang tak beribu terus saja berdesakkan, “Ayahwa, lon gohlom meuteumee (Pak, Saya belum dapat),”  tuturnya. Tetiba seorang berjanggut tebal menghampiri kerumunan bocah dan ibu-ibu itu. Ia menggendong satu Toa seraya berkata, “Geutanyo seulawet Ilee, jak meudikee mouled Ilee, entreuk baroe tapajoh bue khanduri (Kita Shalawat dulu, meudikee (berdzikir) maulid dahulu, baru kemudian kita makan kenduri maulid),” tegas pria berbaju gamis putih yang disebut warga sebagai Teungku Imuem itu.

antarafoto.com
Seketika kerumunan masyarakat bubar, duduk di bawah pokok pohon rindang di halaman masjid. Satu dua anak berkejar-kejaran di teras masjid, namun gelak tawa mereka tak terdengar sebab gema ‘dikee’ maulid begitu keras terdengar bahkan hingga beberapa kilometer.

---
Ilustrasi cerita di atas merupakan suatu perayaan yang kerap dilakukan oleh masyarakat Aceh; maulid. Demi merayakan maulid Nabi, masyarakat berekonomi menengah ke bawah pun bahkan rela merogoh dompet dalam-dalam, mengeluarkan seluruh daya upaya untuk merayakan hari ulang tahun Nabi itu. Bentuk perayaan adalah membagi-bagikan nasi  bungkus plus lauk yang lezat kepada khalayak, baik di rumah mau pun di masjid, baik dalam talam kecil maupun dalam bentuk ‘idang’ atau hidangan, baik dalam idang berukuran selutut hingga sebahu orang dewasa.

youtube.com

Perayaan maulid Nabi diisi dengan kegiatan berdzikir atau dalam bahasa Aceh disebut Meudikee. Meudikee merupakan bentuk dzikir yang dikumandangkan oleh grup dzikir dalam masjid. Terkadang pada malam hari, perayaan maulid diisi dengan ceramah agama oleh ‘teungku-teungku’ (dai) kondang. 

Sepotong kisah di atas merupakan tradisi yang sudah dilakukan dari generasi ke generasi di Aceh. Sudah seharusnya kita mengambil suatu kesempatan ‘bermaulid ria’ sembari mengingati  dan meneladani sang pemilik hari kelahiran tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Dalam rangka memperingati maulid Nabi, berikut satu hikmah yang akan saya paparkan tentang upaya Nabi menanamkan kalimat tauhid dalam hati manusia.


Masa lalu, Kota Makkah, 571-632 Masehi 

Ada suatu masa di malam itu muncul satu purnama benderang di kota makkah. Seisi alam terasa tenang, seolah bersiap menyambut penghulu alam lahir menerangkan kebenaran; kelahiran Nabi Allah, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.  Kelahirannya disamput gegap gempita oleh sekalian alam namun tidak sedikit pula kaum kafir yang menentang kehadirannya.

Adalah dahulu ketika zaman hidupnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, masyarakat jahiliyah begitu fasih melantunkan berbagai syair-syair nan indah. Namun demikian, kebanyakan dari masyarakat suku Quraisy itu tidak bisa membaca dan menulis.
Seiring pesatnya perkembangan Islam, berbagai kemajuan dialami oleh masyarakat Quraisy, mereka kemudian peka terhadap perubahan dan kemudian masyarakat berupaya untuk belajar membaca dan menulis.

Upaya yang dikerahkan dalam menyebarkan dakwah Islam pun tak lagi secara lisan namun juga melalui tulisan. Melalui media surat-menyurat, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus delegasi Beliau  Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyampaikan surat cinta tentang seruan bertauhid kepada-Nya kepada beberapa petinggi negeri, kepada raja-raja yang belum beriman. Surat-surat tersebut Nabi dilayangkan kepada beberapa penguasa seperti Najasyi Raja Habasyah, Heraclius, Uskup Dhughatir, Muqauqis, Kisra (Raja Persia), Gubernur Kisra, Mundzir Bin Sawa Al Abdi, Raja Oman, Penguasa Yamamah, Haudzan, dan Raja-raja Yaman.


Surat-surat Rasullullah tersebut dikirimkan dengan tujuan menyerukan para Raja untuk bertauhid kepada Allah. Banyak penguasa yang menerima surat menjadi beriman setelahnya, namun ada pula yang tetap ingkar, bersikukuh menolak seruan tauhid dari Rasulullah, seperti Abrawiz seorang raja persia. 


Surat Nabi kepada Raja Persia bergelar Kisra, Abrawiz bin Hurmuz bin Anu Syirwan

Dalam buku berjudul “Surat-surat Nabi Muhammad" tulisan Khalid Sayyid Ali, surat kepada Raja Persia itu berisi, "Sesungguhnya Aku adalah Rasul Allah kepada seluruh umat manusia, supaya dapat memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup, dan supaya pasti ketetapan (azab) kepada orang-orang kafir. Masuklah Islam, kamu akan selamat. Bila kamu menolak, sesungguhnya kamu memikul dosa orang Majusi," demikian bunyi surat Rasul kepada Abrawiz. Namun surat Nabi tersebut dirobek-robek oleh Raja tersohor itu dan beberapa waktu kemudian Allah mengobrak-abrik pula kerajaan manusia yang menghina Nabi tersebut. 

Melalui satu contoh shirah Nabi ini, mari kita lihat bagaimana peran kita dalam mendakwahkan kebaikan, baik kepada sanak famili mau pun petinggi negeri. Di masa kini, konsep hidup seperti Rasulullah sudah mulai ditinggalkan. Ketika carut marut negeri semakin menjadi-jadi, berbagai teguran kepada petinggi negeri pun disampaikan. Namun, sudahkah cara menyampaikan aspirasi itu bersesuaian dengan cara yang diajarkan Nabi? Adakah esensi ''mengingat Nabi" yang kita sampaikan akan mengena di hati ketika cara yang kita lakukan adalah dengan caci-maki dan gaya penyampaian yang menyakiti?


Adapun hikmah bagi kita, seruan kebenaran seharusnya dapat disikapi dan diterima dengan kelapangan  dada dan segenap kegembiraan. Layaknya kemeriahan maulid yang merupakan tanda kebahagiaan umat menyambut Nabi, lewat cerita tentang surat-surat Nabi ini, selayaknya kita berkesiap menyambut Islam dengan penuh keridhaan dengan mengamalkan setiap perintah Allah dengan penuh keimanan. Jika kita ingkar, maka adzab yang pedih seperti cerita raja persia tadi akan menimpa kita, baik di dunia maupun di akhirat. 

Sebut saja hal-hal kecil seperti saat seseorang menengur saudaranya yang minum sambil berdiri. "Dek, jangan minum sambil berdiri!" tentunya berbeda intonasinya dengan kalimat "Dek, sini, minumnya duduk dekat kakak," Tentunya cara berdakwah seperti kandungan surah An-Nahl ayat 125 harus dapat dipahami dengan sebaik-baiknya agar apa yang disampaikan dapat diterima, tidak malah menyakitkan hati. Meski memang, semua hidayah adalah kehendak Allah, namun ikhyar dan doa harus selalu dilakukan.

Seriap seruan kebenaran yang sudah kita ketahui layaknya disebarluaskan, baik secara lisan maupun tulisan. Baik secara tatap muka mau pun secara maya. Baik secara berbicara langsung bahkan dengan cara 'mengudara' seperti ikhtiar untuk dakwah secara 'on air' oleh Radio Seulaweut.

Kembali ke Bulan Maret, 2015 M

Zaman kian berkembang, dari zaman Nabi yang menggunakan surat untuk bertukar khabar, hingga sekarang media internet dengan segala kecanggihan aplikasinya. Perbagai alat yang mempermudah pekerjaan diciptakan demi kehidupan yang lebuh luwes, mudah, dan cepat. Adalah teknologi bernama radio diciptakan oleh penemu asal Italia bernama Guglielmo Marconi (1874-1937). Penemuan Radionya yang dibantu dengan penemuan Heinrich Hertz(Joseph Henry), penemu gelombang elektromagnetik yang tak tampak oleh mata, bergerak lewat udara dengan kecepatan suara, telah berhasil mengubah media informasi yang disampaikan lewat tatap muka menjadi media yang menyampaikan berita meski berkilo-kilo jauh jaraknya.

Radio Seulaweut, 91 FM. Sumber : unguviolet9.blogspot.com

Sekelompok inisiator muda, Raihan Iskandar, dkk. saban waktu berinisiasi membuat suatu media informasi Islami di Aceh: Radio Seulaweut 91 FM. Radio Islami pertama di Serambi Makkah ini memiliki visi 3N (News, Nasyid dan Nida’). Radio Seulaweut 91 FM berupaya setiap harinya menyampaikan berbagai informasi yang bernilai kepada masyarakat dalam kemasan yang menghibur juga hiburan islami yang mengajak kepada kebaikan baik pribadi, keluarga maupun masyarakat, ini merupakan wujud misi Syiar Islam.

Kehadiran Radio Seulaweut ber-tagline ‘nyaman di hati, membuka cakrawala' ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya penyebaran ajaran Islam dan penguatan aqidah ummat. 

Sekelak aku langsung teringat pada cerita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menyampaikan dakwah lewat tulisan tadi. Dalam komunikasi jarak jauh, beliau berupaya mengirimkan surat-surat kepada beberapa petinggi Negeri dengan harapan Agama Allah akan diterima dan diimani. Sementara masa kini, media radio yang penggunaannya sudah mencakup hingga ke pelosok desa pun dapat menjadi media yang tepat dalam belajar-mengajar agama.

Berkaca dari perayaan maulid, kuatnya dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan cerita dakwah dari Radio Seulaweut tadi, beberapa pertanyaan mendasar layaknya kita tanyakan pada diri masing-masing:
1. Sudah sejauh mana upaya kita sebagai Raja bagi diri sendiri dalam menerima dan mengamalkan esensi Tauhid yang diajarkan Nabi?
2. Bagaimanakah upaya kita sebagai Khalifah di muka bumi menggemakan ajaran Islam secara kaffah dan sepenuh hati?
3. Adakah terpatri dalam hati untuk meneladani Akhlakul Karimah Rasulullah hingga nadi tak berdetak lagi?
4. Sudahkahkah kita teguh berpegang pada dua pusaka yang ditinggalkan Nabi, AlQuran dan Assunnah?


Lebih lanjut, keberadaan Radio Seulaweut yang mencerahkan hati pendengar tentulah harus kita ambil ibrahnya seperti keberadaan shalawat atas junjungan alam, Nabi Muhammad SAW.yang eksistensinya merupakan doa, keberkahan, syafaat, dan keselamatan.

Dalam momen maulid ini, ada beberapa pertanyaan lagi yang ingin saya ajukan, terutama untuk diri sendiri: 

1. Berapa kali dalam sehari saya bershalawat kepada Nabi?
2. ketika Nama Nabi disebutkan dan terdengar oleh telinga, adakah saya menyebut Shalawat atas Nabi?
3. Ketika Penguasa mulai meninggalkan agama Allah, Sudahkah saya memperingatkan mereka untuk kembali "berseulaweut" semisal esensi Seulaweut yang mengudarakan kebajikan? 

Beberapa pertanyaan diatas haruslah kita jawab sebagai alat instropeksi diri. Tulisan ini saya peruntukkan untuk sekalian kaum muslimin, terutama saya telunjukkan untuk diri saya sendiri. Semoga ibrah dan hikmah dari tulisan ini dapat menjadi pengingat dan motivasi untuk iman dan islam yang lebih baik di masa kini dan nanti.[]




Selamat #Miladke8Seulaweut. Teruslah mengudara menyuarakan kebajikan :) 





 Sumber penunjang:
http://www.radioseulaweut.com/2012/12/profile-radio-seulaweut.html diakses pada 23 Maret 2015
http://harmadipedia.blogspot.com/2013/07/surat-surat-nabi-muhammad-saw-kepada.html diakses pada 23 Maret 2015
http://www.merdeka.com/ramadan/kisah-raja-persia-robek-surat-ajakan-masuk-islam-dari-rasulullah.html diakses pada 23 Maret 2015
https://kisahpenemu.wordpress.com/2010/02/19/penemu-radio/ diakses pada 23 Maret 2015





0 komentar: