Saturday 11 January 2014

Ragam Pertanyaan Tentang Hari Ibu

BY Unknown IN , No comments

*Cerita tadi malam (SMS Masuk)
Teng tong~ Tepat jam 23.03 hape saya berdering, pertanda ada sms masuk. Saya pun membacanya, isinya seperti ini: "aslmkum.. adik2/abg/kakak/, tgl 22 desember (besok) biasanya diperingati sbg HARI IBU.. Besok kita kompakan telp/sms Ibu/umi/bunda/mama yuk.. katakan pd Ibu "I Love You, Mom.."

*Cerita tadi pagi (Obrolan)
Saya bertemu dengan beberapa teman dan terjadi percakapan ringan diantara kami. Kurang lebih seperti ini:
A : Ee hari ini hari ibu ya?
B : Iyaa..
A : Aku nggak berani lah ucapin. Nanti mamakku malah bingung dan heran sama aku. Haha.. Mamakku kira aku kenapa lah.
B : Aku sih dulu udah pernah ngucapin, tapi responnya yaa datar aja. haha. Sebenarnya mungkin orangtua kita grogi plus nervous juga pas dengar kita ngucapin selamat. Hihiy.
C : Sebenarnya setiap hari adalah hari ibu lho.
(ngeeng~ ganti topik)

*Cerita malam ini (internetan)
Saya membuka jejaring sosial daan membaca beberapa status teman2 yang isinya beraneka ragam. Hihi. Berhubung hari ini adalah hari ibu, tema statusnya nggak jauh2 dari moment hari ibu juga. Menarik, membaca status teman2 yang isinya inspiratif. Mantap. Ada yang bilang; ibu hidup di dunia nyata, tapi banyak yang ngucapin di dunia maya. Ada juga yang tulis; sayang mamak, setiap hari adalah hari ibu..ada yang tulis puisi, upload foto ibunya, dan sebagainya.

Berdasarkan cerita malam kemarin, tadi pagi, dan malam ini, saya menyimpulkan bahwa perayaan hari ibu memang sudah membudaya di masyarakat. Terlintas di benak saya untuk menulusuri sejarah hari ibu. Jari pun bermain di atas keyboard, mengetik tiga kata di sebuah search engine dan menghasilkan 1.710.000 hasil dalam 0.22 detik. wow. miris dan galau melihat diri ini. Ilmu yang dimiliki sungguh sangat sangat sedikit dan tidak ada apa-apanya. -_- Informasi yang dishare sudah jutaan dan pun masalah sejarah hari ibu sudah banyak yang tahu, tapi saya tahunya baru sekarang. ckck.
Oke, sebelum basanya basi, eh tanpa basa basi lagi, ayuk kita lihat beberapa pertaanyaan saya beserta  jawabannya yang  saya peroleh  di google :D

1. Pertanyaan pertama, bagaimana sejarah hari ibu di Indonesia?

Pada era sebelum Indonesia mencapai kata merdeka dulu, pada tanggal 22 s/d 25 Desember 1928 diadakan sebuah kongres perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta, para pejuang wanita dari jawa dan sumatera berkumpul. Ada 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera melakukan pertemuan di jalan Adisucipto, Yogyakarta. pertemuan tersebut membicarakan masalah persatuan perempuan nusantara, peranan pembangunan bangsa, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan dini bagi perempuuan, dan lainnya. Berbagai pemikiran kritis dituangkan dalam pertemuan itu, tapi bukan seputar gender.

Peran wanita juga merupakan penentu titik keberhasilan suatu bangsa. ya, masing-masing dari kita bisa menilai sendiri, apa yang dilakukan oleh perempuan dahulu dan perempuan jaman sekarang. apa yang dihasilkan oleh perrjuangan perempuan jaman dahulu dan apa yang dihasilkan oleh perempuan jaman sekarang. Benarlah sudah istilah : "Majunya suatu bangsa karena wanita, runtuhnya suatu bangsa pun karena wanita."
Kembali ke topik, hehe. selanjutnya pada juli 1935 dilaksanakan kembali kongres perempuan Indonesia II (kedua) dan dibentuk sebuah Badan Pemberantasan Buta Huruf (BPBH) dan menentang perlakuan tidak wajar terhadap buruh wanita perushaan batik di Lasem, Rembang.

Ya Allah, subhanallah. Sungguh sebuah sikap yang mulia dan patut dicontoh oleh perempuan masa kini T.T 
Selanjutnya dilaksanakan kembali kongres perempuan Indonesia III (ketiga) pada tahun 1938. Secara resmi, Presiden Soekarno melalui dekrit presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa pada tanggal 22 Desember adalah hari Ibu.

2. Ada perayaan Hari ibu dan ada pula "mothers day", sama atau beda-kah maknanya?

Saya membaca sebuah tulisan dari website resminya kementrian sosial mengenai Hari Ibu, bukan Mother's Day. Hah, ada lagi ya, istilah Mother's Day. Apa lagi tuh ? :D
Dalam artikel tersebut, saya mengutip isi tulisan yang diposting pada tanggal 22 desember 2008 tersebut. 
"Tidak ada salahnya pula mengucapkan terima kasih atas jasa dan jerih payah ibu. Tetapi, jika merunut sejarah terjadinya Hari Ibu di Indonesia, sebenarnya bukan itu misi sejatinya. Misi sejati peringatan Hari Ibu adalah mengenang perjuangan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan pembangunan bangsa.Masalahnya, jika ditilik dari apa yang dilakukan para pejuang saat itu, titik sentral yang digarap adalah kaum perempuan secara umum, bukan sebatas kaum ibu. Jadi, menilik sejarahnya, mestinya bukan the state of being mother-nya yang diapresiasi, tetapi keperempuanan dan semangat juang mereka yang hebat.

Penggunaan kata ibu ini pulalah yang tampaknya telah membuat pemaknaan Hari Ibu terseret ke arah pemaknaan Mothers Day, yang lebih ditujukan untuk memberi puja-puji terhadap ke-ibu-an (motherhood) dan perannya sebagai "yang telah melahirkan dan menyusui", sebagai pengasuh anak, sumber kasih sayang, pemandu urusan domestik, dan pendamping suami. Hal-hal inilah yang menjadi titik sentral peringatan Mothers Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Akan tetapi, seperti terjadi di Indonesia, makna itu mengalami pendangkalan akibat komersialisasi dan bisnis media lebih ke arah hari makan-makan atau pemberian kado bagi para ibu.

Dari paparan tersebut, tampak peringatan Hari Ibu 22 Desember di Indonesia amat tidak konsisten karena secara makna lebih cenderung mengarah ke worshiping motherhood, seperti di Eropa dan Timur Tengah, dan praktiknya cenderung mengopi apa yang dilakukan masyarakat Amerika Serikat, tetapi dari segi waktu maunya memakai tanggal di mana pejuang perempuan bangsa bersatu.Jika kita ingin dianggap jelas dalam berpikir, seharusnya mengembalikan hari penting itu kepada makna sejatinya, yakni mengenang perjuangan dan keterlibatan perempuan dalam usaha perbaikan nasib bangsa yang belum lepas dari berbagai kemalangan, tanpa harus menghilangkan rasa terima kasih dan puja-puji terhadap jasa dan perjuangan kaum ibu."

3. Bagaimana hukumnya seorang muslim merayakan hari ibu?

Nah, pertanyaan ini lah yang membuat tangan saya enggan untuk mengetikkan kata "I Love U, Mom." Hati saya ragu, lidah saya kelu untuk mengungkapkan rasa cinta pada mama saya di hari Ibu T.T Pasalnya saya belum mengetahui, hukumnya bagaimana. Sejatinya, setiap perbuatan harus disertai dengan alasan / dalil yang membolehkannya. Karena jika kita menyerupai suatu kaum, maka kita adalah bagian dari kaum tersebut. Jika perbuatan kita menyerupai yahudi atau nasrani, makaa..? Naudzubillahi min dzalik :(
Lantas, bagaimana hukumnya seorang muslim merayakan hari ibu?? oke, check it out!

Sungguh perihal hari ibu adalah isu kontemporer yang harus diluruskan masalahnya dengan merujuk pada al-Qur'an, sunnah, mau pun fatwa ulama. menurut penelusuran saya di google, ada banyak sekali pendapat yang menyatakan boleh-tidaknya merayakan hari ibu. terkait dengan hal ini, para ulama berselisih pendapat dan terbagi menjadi dua kelompok.

Yang pertama, adalah kelompok yang mengharamkan. Diantaranya ialah Al-marhum Sheikh Abdul Aziz bin Baz yang secara jelas pernah mengeluarkan fatwa tentang sambutan ini. Asasnya ialah kerana ia termasuk diantara perkara bid’ah dalam agama dan mengikut kepada Barat (gharbiyyun). 

Pandangan kelompok kedua boleh diperhatikan pada pendapat-pendapat beberapa ulama’ kontemporari. Sheikh Faisal Mawlawi, Timbalan Pengerusi Majlis Fatwa dan Pengkajian Hukum Eropah (Majlis ini dipengerusikan oleh Sheikh Professor Dr Yusuf Abdullah al-Qaradawi) yang juga seorang pemimpin gerakan Islam di Lubnan (seangkatan dengan Sheikh Dr Fathi Yakan) berpendapat bahawa tiada halangan untuk menyambut Hari Ibu tetapi dengan dua syarat: 1. Sambutan itu hanyalah penghormatan tambahan  yang dilakukan lanjutan daripada penghormatan sehari-hari yang diberikan selayaknya untuk ibu. 2. Sambutan itu tidaklah dianggap sebagai satu perayaan dalam mafhum Syarak iaitu menyamai Eid al-Adha dan Eid al-Fitri yang ada asasnya yang jelas dalam nusus Syariah.

Dr ‘Abdul Fattah Asyur, seorang lagi ulama’ al-Azhar memberikan pendapat seperti berikut:
Bahwa merayakan beberapa hari yang padanya dimuliakan manusia atau menghidupkan ingatan-ingatan yang baik, maka tidak seorang pun mengatakan bahawa program ini adalah perayaan agama atau sebahagian daripada perayaan-perayaan Muslimin. Tetapi ia adalah peluang untuk menunjukkan syiar perasaan yang baik terhadap orang-orang yang berbudi kepada kita dan diantaranya ialah apa yang dikenali sebagai Hari Ibu. Sesungguhnya bagi ibu kedudukan yang khusus dalam Islam dan juga dalam setiap agama lain. Maka ibu wajib dimuliakan dan dirayakan.

Sheikh Hamid al-Athar, ahli Kesatuan Ulama’ Islam Sedunia (yang dipengerusikan oleh Sheikh al-Qaradawi) memberikan pendapat seperti berikut:
Perayaan Hari Ibu pada suatu pada suatu hari yang dikhususkan (iaitu 21 Mac) pada pendapatku adalah makruh dan tidak jauh hukumnya dengan haram, bukan disebabkan bid’ah tetapi kerana mengikut orang-orang bukan Islam pada adat kebiasaan dan perayaan-perayaan mereka. Telah datang beberapa hadith Rasulullah SAW yang melarang umatnya daripada menyerupai Ahli Kitab antara lainnya ialah yang didatangkan daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia dari kalangan mereka.”

Dr Muhammad al-Banna berpendapat bahawa tiada halangan untuk menyambut Hari Ibu dengan syarat:
1. Tidak berlaku di dalamnya perkara-perkara yang diharamkan oleh Syariah seperti pergaulan bebas diantara lelaki dan perempuan. 2. Tidak dimaksudkan untuk menyerupai orang-orang Barat dan bukan Islam. 3. Hendaklah kandungan perayaan itu diteruskan sepanjang tahun yaitu tidak terbatas kepada hari tersebut saja.


4. Dan terakhir, pertanyaan ke-empat :D
Apa kabar perempuan Indonesia hari ini? sudah berapa kongres yang telah kita laksanakan untuk memperjuangkan nasib perempuan? bagaimana perjuangan kita untuk agama dan bangsa kita?
Oh perempuan, mengapa tak ada suara? mengapa hening? (aku pun mematung, glekk. Dimana aku?) -_-


http://fitrahislami.wordpress.com/2011/05/09/hukum-merayakan-hari-ibu/


Sumber Foto : http://adnan-kisahkasihibu.blogspot.com/2012_10_01_archive.html


0 komentar: