Saturday 8 February 2014

Surat Rinduku

BY Unknown IN , No comments


Allahumma shalli wa sallim wa yubarik álaih. Ku awali surat sederhana ini dengan kalimat penyejuk alam. Ingin diri ini menempatkan hati bersama Allah dan para Malaikat, senantiasa menyebut shalawat kepada Nabi.  Sederet kata doa itu sungguh membawa diri ini mengenang kasihmu yang tak terhingga akan ummatmu. Tenggelam daku akan rindu pada sosokmu yang agung nan mulia. 

Ya Rasulullah. Sungguh diri ini rindu bertemu. Bahkan ketika rindu itu bertamu, air mata saja tak cukup menanggung sakitnya rindu itu. Namun nyatanya hati merasa ragu dan malu, akankah diri ini layak bertemu? Sementara segumpal darah dalam diri acap kali menomorduakan engkau dalam ucapan, meninggalkanmu dalam doa, dan mengabaikanmu dalam langkah.

Sungguh hati kadang tergerak untuk berbuat sesuka hati, abai akan jalan yang telah engkau jejaki, Ya Rasul. Sungguh kaki ini sering melangkah ke ranah haram yang tak boleh dijejaki. Mata ini terkadang buta, abai terhadap kemaksiyatan. Tangan ini terkadang kaku tak terulur untuk berbagi kepada yang fakir , dan telinga ini terkadang tuli tak mendengar rintihan perih saudara-saudara seiman yang digempur oleh kafir di seberang sana.

Terpatri shirahmu dalam al-Qurán, bagaimana engkau hadapi kecaman, lalui rintangan, demi Islam tegak, demi ummatmu.  Fasih lisanmu menyebut kami, ummatmu, dipenghujung umurmu. Bukti cinta itu sungguh tak terukur.

Berbeda dengan diri ini. Nyatanya mengaku cinta, namun hanya berupa kata. Bahkan daku nyatanya lebih memilih menyanyikan lagu dan syair cinta dibanding melantunkan shalawat untukmu. Bahkan daku lebih ridha membaca beratus-ratus buku dan menghafal berbagai teori daripada membaca kalam-Nya dan Sunnahmu, sebenar-benarnya petunjuk.

Ku temukan diriku yang terlelap dalam asa, ingin bertemu engkau sekejap saja, meski dalam mimpi. Sungguh, perihal cinta, aku sungguh ingin mengungkapkannya.  Ada maaf  yang ingin ku semat. Ada cinta yang ingin ku perlihatkan, meski itu tak sebanding dengan cintamu yang tulus pada ummat.

Sungguh, ingin diri ini mengabadikan potretmu dalam doa dan sujud. Semoga segenap rasa yang tercurah, seluruh sikap yang bertahta dalam diri mampu mengikuti sebagaimana yang telah engkau beri. 

Inilah sepotong kisah penawar rindu yang kutulis dengan segenggam cinta untukmu, Ya Rasulullah saw.. Ku akhiri untaian kata sederhana ini dengan  bingkisan terindah yang tertulis dalam kalam-Nya, Allahumma shalli wa sallim wa yubarik álaih.


0 komentar: