Friday 21 March 2014

Tentangmu, Ukhti

BY Unknown IN No comments

Semoga salam menjadi saksi kisah persaudaraan kita. Jua senyuman dapat menyemai bunga bagi hati yang kering dan tak berwarna. Semoga langkah mengekalkan ukhuwah. Semoga shalihah menjadi mahkota terindah yang kau semat.

Untukmu, ukhti. Apa kabarmu, saudariku? Adalah hal yang membuatku merindukanmu ketika melihat kain longgar yang terlabuh, kerudung besar yang melindungi mahkota indahmu. Indah kakimu terbalut rapi dengan kain yang disebut kaus itu. Bahkan, tak se-senti-pun batas auratmu kau biarkan terlihat oleh mereka yang tak berhak.

Hal pertama yang membuatku mencintaimu adalah ketaatanmu. Pekanya hatimu menolak maksiat, kuatnya tekadmu menjadi hamba yang selamat.

Kau tahu, ada yang bilang cantik itu relatif. Namun bagiku, kecantikanmu adalah mutlak, saudariku. Keshalihan itu menjadikanmu cantik sempurna selamanya.

Indahnya masa itu. Ketika kau bertemu dengan lelaki, kau tundukkan pandanganmu, kau jaga intonasi bicaramu. Arifnya sikap itu. Kau sikapi masalah dunia dan akhirat dengan ilmu. Majelis ilmu adalah rumah singgah yang kau cintai di dunia.

Cahaya wajahmu khas, sejuk bila dipandang. Tutur bahasamu indah bila didengar, bahkan diammu menjadi hal yang menyiratkan kebaikan. Terlebih mendengar suaramu membaca al-QurĂ¡n. Aya-ayat-Nya yang kau lantun damaikan jiwaku yang gusar memberontak, leburkan diri ini pada tenang tak bertepi.

Begitu rindu aku masa itu. Ketika kau bertanya: Hilda, nggak pakai manset? atau yang ini: hilda, semalam kok nggak bangun tahajjud? atau yang satu ini: Hilda, dhuha yuk.. dan yang ini: Hilda, ambil nasi untuk buka (puasa), yuk..

Kau pukul batinku yang lalai dengan indahnya nasihat itu. Meski ku tak gubris nasihat itu, kau sabar menanti perubahan itu dengan doa. Bila pun aku membuatmu marah, kau redakan wajahmu yang merah dengan basuhan wudhu. Bila pun hatimu galau dan gelisah, kau padu masalah itu dengan seperempat malammu, dengan tahajjud dan doa. Ketika ujian menghampiri, kau hadapi dengan sabar dan ikhlas yang tak tertandingi.

Ukhti, ajaklah aku bersamamu menjadi shalihah untuk-Nya. Mari saling menguatkan, saling mengisi kekurangan. Mengingatkan ketika lupa, menegur ketika khilaf.

Ukhti, sekian dulu surat sederhana ini. Selamat malam. Semoga doa membersamai kita menjemput mati (tidur). Semoga asma-Nya menjadi lafadz yang terucap ketika maut menghampiri.


Hilda Rahmazani, diri yang bercita mengekal ukhuwah bersamamu. ^^

0 komentar: