Banyak tangan yang terlibat dalam penerbitan sebuah berita. Ada jurnalis/ wartawan, edituor, redaktur, redaksi, manager, dan lainnya. Sebuah berita tidak asal muat saja. Harga sebuah berita memang terlihat tidak seberapa bila dinilai dari segi finansial, namun di sisi lain, berita yang baik dan benar itu tak terkira mahalnya.
Mengapa saya menilai demikian? (kayaknya terlalu formal ni, cem presentasi aja. -_- hihi. Ah anggap saja saya benar2 sedang presentasi di forum formal).
Oke, dari segi pengumpulan berita, menurut saya, hal pertama yang membuat nilai berita itu MAHAL yaitu mental si peliput berita alias wartawan/ jurnalis. Mental itu mahal, bahkan tak dijual. Apa ada orang yang menjual mental? kalau ada, berapa harganya? Kesehatan (jubuh dan Jiwa) juga mental dan keberanian adalah anugerah yang tak ternilai. Saya pernah melihat proses peliputan di televisi. Melihat bagaimana wartawan itu rela berdesak-desakan, kejar-kejar narasumber, panas-panasan. Walau badai datang menerjang, tak peduli hujan dan terik matahari, rela berkorban demi sebuah berita. (hihi, over ya). Kalau dengan mental yang mudah ciut, substansi sebuah berita itu tidak akan bagus. Bukan cuma mental yang harus siap, tapi fisik juga harus sigap. Siap dan sigap menghadapi bunyi "DORR". Siap dan sigap meliput berita bahagia dan berita duka.
Selanjutnya, Editor, redaktur, layouter, manager dan loper koran juga sama. Semua bekerja keras demi terbitnya sebuah berita. Mahal. Sangat mahal. Namun ironinya, mahalnya harga sebuah berita terkadang tak disadari oleh pihak-pihak tertentu. Miris melihat wartawan (pers) yang didiskrimansi, dianiyaya, mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Saya rasa krisis moral membuat rasa menghargai dan menghormati itu menjadi minim. Kalau memang ada pemberitaan yang tidak senang, mengapa harus protes dengan kekerasan?
Saya jadi ingat, kata-kata guru saya. Kurang lebih seperti ini. Posisi seorang wartawan itu layaknya seorang hakim. Sebelah kakinya ke surga, sebelah kakinya ke neraka. Apabila ia memperjuangkan kebenaran, maka kedua kakinya akan di surga. Namun apabila ia menyuarakan kebohongan, maka ia masuk neraka. Satu lagi, wartawan itu sebelah kakinya udah di kuburan. hehe. Ini serius. Pekerjaan wartawan itu ekstrim dan beresiko. Rentan terhadap ancaman dan perbuatan yang tidak menyenangkan. Menjadi wartawan itu tidak lah mudah. Harus konsisten. Jangan terjebak oleh bujuk rayu yang menjanjikan surga namun nyatanya berbuah neraka. Jadi, wartawan yang konsisten pada kebenaran itu sesungguhnya berjihad. Ya, jihad memperjuangkan yang haq. So, bagi wartawan yang konsisten akan memperoleh surga.
Ketika Pers itu menjadi pahlawan yang berjuang dan berkorban demi kebenaran dan keadilan (hehe), harga sebuah berita menjadi tak ternilai. Mereka yang memperjuangkan kebenaran adalah pahlawan. Namun pahlawan tak harus diagung-agungkan. Selama pers itu menyuarakan kebenaran, selama itu pula segenap masyarakat harus menyupport, menghargai, dan bersikap positif terhadap pers. Ingat, tanda jasa itu bukan hanya berupa uang.
Ohya, satu lagi. Bukan berarti koran yang dijadikan pembungkus kacang rebus itu membuat harga berita menjadi nol rupiah. hehe. Mahal atau tidaknya suatu karya itu jangan dinilai dari yang zahir (tampak) saja. Ada hal yang membuat sesuatu yang terlihat terlihat sudah tak berharga itu sesungguhnya berharga bahkan tak ternilai harganya. Harga keringat yang tercucur karena bekerja dengan sabar, ikhlas, semangat menyuarakan yang benar, dan bahkan menjadi amal yang tiada putusnya. Harga setiap tinta yang tertoreh itu tidak hanya akan dibalas di dunia. Sungguh, kualitas "MAHAL" yang tak ternilai harganya.
Semoga kualitas "mahal" yang memiliki tanda kutip positif ini menjadi prioritas lembaga pers. Menerbitkan berita yang benar-benar mahal. Mahal, karena substansinya berupa kebenaran. Mahal, karena benar-benar BENAR. Semoga kualitas "mahal" ini juga disadari oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Semoga harga MAHAL ini menjadi patokan setiap orang, bahwa setiap detik hidup yang dimiliki harus diperjuangkan untuk mengejar kualitas mahal yang sesungguhnya.
Sesungguhnya orang-orang yang benar akan selalu bersinar
orang yang benar tak akan pernah gentar
orang benar tak pernah ingkar
tak tergoyahkan dengan harta dan gelar
Sesungguhnya orang yang berjuang
meneriakkan kebenaran dengan lantang
mereka lah orang yang menang
layak menyabet lebih dari lima bintang
karena memiliki hati yang terang
Hilda rahmazani
Banda Aceh, 13-12-2013
Sumber Foto:
Mengapa saya menilai demikian? (kayaknya terlalu formal ni, cem presentasi aja. -_- hihi. Ah anggap saja saya benar2 sedang presentasi di forum formal).
Oke, dari segi pengumpulan berita, menurut saya, hal pertama yang membuat nilai berita itu MAHAL yaitu mental si peliput berita alias wartawan/ jurnalis. Mental itu mahal, bahkan tak dijual. Apa ada orang yang menjual mental? kalau ada, berapa harganya? Kesehatan (jubuh dan Jiwa) juga mental dan keberanian adalah anugerah yang tak ternilai. Saya pernah melihat proses peliputan di televisi. Melihat bagaimana wartawan itu rela berdesak-desakan, kejar-kejar narasumber, panas-panasan. Walau badai datang menerjang, tak peduli hujan dan terik matahari, rela berkorban demi sebuah berita. (hihi, over ya). Kalau dengan mental yang mudah ciut, substansi sebuah berita itu tidak akan bagus. Bukan cuma mental yang harus siap, tapi fisik juga harus sigap. Siap dan sigap menghadapi bunyi "DORR". Siap dan sigap meliput berita bahagia dan berita duka.
Selanjutnya, Editor, redaktur, layouter, manager dan loper koran juga sama. Semua bekerja keras demi terbitnya sebuah berita. Mahal. Sangat mahal. Namun ironinya, mahalnya harga sebuah berita terkadang tak disadari oleh pihak-pihak tertentu. Miris melihat wartawan (pers) yang didiskrimansi, dianiyaya, mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Saya rasa krisis moral membuat rasa menghargai dan menghormati itu menjadi minim. Kalau memang ada pemberitaan yang tidak senang, mengapa harus protes dengan kekerasan?
Saya jadi ingat, kata-kata guru saya. Kurang lebih seperti ini. Posisi seorang wartawan itu layaknya seorang hakim. Sebelah kakinya ke surga, sebelah kakinya ke neraka. Apabila ia memperjuangkan kebenaran, maka kedua kakinya akan di surga. Namun apabila ia menyuarakan kebohongan, maka ia masuk neraka. Satu lagi, wartawan itu sebelah kakinya udah di kuburan. hehe. Ini serius. Pekerjaan wartawan itu ekstrim dan beresiko. Rentan terhadap ancaman dan perbuatan yang tidak menyenangkan. Menjadi wartawan itu tidak lah mudah. Harus konsisten. Jangan terjebak oleh bujuk rayu yang menjanjikan surga namun nyatanya berbuah neraka. Jadi, wartawan yang konsisten pada kebenaran itu sesungguhnya berjihad. Ya, jihad memperjuangkan yang haq. So, bagi wartawan yang konsisten akan memperoleh surga.
Ketika Pers itu menjadi pahlawan yang berjuang dan berkorban demi kebenaran dan keadilan (hehe), harga sebuah berita menjadi tak ternilai. Mereka yang memperjuangkan kebenaran adalah pahlawan. Namun pahlawan tak harus diagung-agungkan. Selama pers itu menyuarakan kebenaran, selama itu pula segenap masyarakat harus menyupport, menghargai, dan bersikap positif terhadap pers. Ingat, tanda jasa itu bukan hanya berupa uang.
Ohya, satu lagi. Bukan berarti koran yang dijadikan pembungkus kacang rebus itu membuat harga berita menjadi nol rupiah. hehe. Mahal atau tidaknya suatu karya itu jangan dinilai dari yang zahir (tampak) saja. Ada hal yang membuat sesuatu yang terlihat terlihat sudah tak berharga itu sesungguhnya berharga bahkan tak ternilai harganya. Harga keringat yang tercucur karena bekerja dengan sabar, ikhlas, semangat menyuarakan yang benar, dan bahkan menjadi amal yang tiada putusnya. Harga setiap tinta yang tertoreh itu tidak hanya akan dibalas di dunia. Sungguh, kualitas "MAHAL" yang tak ternilai harganya.
Semoga kualitas "mahal" yang memiliki tanda kutip positif ini menjadi prioritas lembaga pers. Menerbitkan berita yang benar-benar mahal. Mahal, karena substansinya berupa kebenaran. Mahal, karena benar-benar BENAR. Semoga kualitas "mahal" ini juga disadari oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Semoga harga MAHAL ini menjadi patokan setiap orang, bahwa setiap detik hidup yang dimiliki harus diperjuangkan untuk mengejar kualitas mahal yang sesungguhnya.
Sesungguhnya orang-orang yang benar akan selalu bersinar
orang yang benar tak akan pernah gentar
orang benar tak pernah ingkar
tak tergoyahkan dengan harta dan gelar
Sesungguhnya orang yang berjuang
meneriakkan kebenaran dengan lantang
mereka lah orang yang menang
layak menyabet lebih dari lima bintang
karena memiliki hati yang terang
Hilda rahmazani
Banda Aceh, 13-12-2013
Sumber Foto:
0 komentar:
Post a Comment