Ini kisah tentang seorang anak laki-laki di kampungku. Ia memiliki
opsi hidup yang luar biasa dan membuatku berdecak kagum. Ketika
mayoritas anak-anak yang lain menomorsatukan aspek kognitif di sekolah,
lebih memilih membuat PR daripada mengaji, gencar mengejar mimpi (bahkan
ada yang menghalalkan segala cara) untuk dapat lulus demi melakoni
profesi ini dan itu di masa depan, namun ia justru berbeda. Ia memilih
untuk fokus menuntut ilmu agama di sebuah lembaga swasta yang disebut
dayah. Ya, tentu ada alasan mengapa batinnya memilih lembaga tersebut
sebagai mediator dalam mewujudkan cita-citanya.
Jika
suatu hari nanti, aku kembali bertemu dengannya, InsyaAllah aku akan
bertanya banyak hal tentangnya. Aktivitas kesehariannya, seputar pahit
getir perjalanannya selama ini, dan satu pertanyaan lagi yang paling
membuatku penasaran. "Waktu besar nanti, adik cita-citanya mau jadi
apa?"
Aku berharap ia menjawab begini: "Saya bercita-cita menjadi seorang ulama, kak."
Kau
tahu mengapa? Aku gelisah, sungguh khawatir melihat kondisi umat Islam
hari ini, termasuk melihat diriku sendiri. Aku pribadi memiliki banyak
kebingungan dan pertanyaan terkait permasalahan agama. Jika ada
problematika hidup seputar hukum dan masalah kontemporer yang duduk
perkaranya diperdebatkan, tentulah fokus seorang ulama begitu sangat
dibutuhkan.
Aqidah yang benar serta pemahaman agama yang
lurus menjadi faktor fundamental eksistensi keimanan umat islam.
Implementasi syariat Islam jelas membutuhkan kehadiran ulama. Terlebih
melihat kondisi zaman yang semakin carut-marut tak jelas, Sungguh
dibutuhkan pemimpin, ulama yang hanif di tengah-tengah umat.
Aku
sungguh berharap, banyak anak yang bercita-cita menjadi dokter, namun
ia adalah seorang ulama. Menjadi seorang ilmuan yang juga ulama. Apa pun
profesinya, perihal agama bagi mereka tetap nomor wahid.
Dan harapan ini, tentunya harus ku muarakan pada diriku sendiri. Siapa dan bagaimana aku?
Perihal passion dan tujuan hidupku. Juga, aku. Sudahkah aku menomor-satukan urusan agama dalam kehidupan?
Astaghfirullah. Semoga diri terus sigap dalam aksi dan intropeksi. Ya Allah, nawwir qulubana bil iman..
sumber gambar: mipa.unnes.ac.id
sumber gambar: mipa.unnes.ac.id
0 komentar:
Post a Comment